Bahan pengawet kayu adalah suatu senyawa (bahan) kimia, baik berupa bahan tunggal maupun campuran dua atau lebih bahan, yang dapat menyebabkan kayu yang digunakan secara benar akan mempunyai ketahanan terhadap serangan cendawan, serangga, dan perusak-perusak kayu lainnya.
Kemanjuran (evektivitas) bahan pengawet tergantung pada toksisitas (daya racun = daya bunuh) terhadap organisme perusak kayu atau organisme yang berlindung di dalam kayu. Semakin tinggi kemampuan meracuni organisme perusak kayu, semakin manjur dan semakin efektif pula bahan pengawet itu digunakan untuk mengawetkan kayu.
Disamping bersifat racun bagi organisme perusak kayu, bahan pengawet yang layak digunakan dalam proses pengawetan kayu juga harus memenuhi persyaratan berikut:
– Bahan pengawet harus mudah meresap pada kayu menuju ke bagian yang cukup dalam.
– Bahan pengawet harus dapat digunakan secara mudah dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit atau membahayakan kesehatan.
– Bahan pengawet tidak mudah menguap dan tidak mudah terurai menjadi unsur-unsur yang tidak beracun, namun harus mampu berada secara permanen di dalam kayu.
– Harganya relatif murah serta mudah didapatkan di pasaran.
– Bahan pengawet tidak mengkorosikan (mengauskan) logam (sebagai contoh: paku) yang bersentuhan (digunakan bersama) dengan kayu yang diawetkan.
– Bahan pengawet tidak mengurangi sifat baik (misal: keindahan dan kekuatan) yang melekat pada kayu.
– Bahan pengawet sebaiknya tidak berwarna dan berbau.
– Bahan pengawet tidak mudah terbakar.
– Bahan pengawet tidak mengembangkan (memperbesar ukuran panjang, lebar, tebal) dimensi kayu.
Oleh karena adanya banyak persyaratan tersebut, bila akan memilih bahan pengawet untuk kayu, kita harus berhati-hati. Kita harus memperhatikan bahan pengawet itu dalam hal toksisitas, keamanan terhadap kesehatan, kebakaran ketahanannya di dalam kayu, harga, korositas, pengkayaan sifat kayu, dan warna.
Bahan pengawet yang memenuhi syarat pemakaian tersebut cukup mudah dijumpai di toko-toko bahan kimia. Bahan pengawet demikian tersedia dalam berbagai ragam. Dari segi jenis, sifat fisiko kimia, dan bentuknya, kita dapat membedakan bahan pengawet yang satu terhadap bahan pengawet yang lain. Ada bahan pengawet yang berupa cairan, padat, serbuk dan emulsi ini perlu dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
Begitu banyaknya bahan pengawet ini, sehingga ada beberapa pakar atau lembaga yang berusaha mengelompokkan bahan-bahan pengawet ini. Untuk mempermudah pemanfaatan bahan pengawet kayu ini, kita perlu mencari cara pengelompokan tertentu, yaitu pengelompokan yang didasarkan pada cara pemakaian bahan pengawet. Berdasarkan cara pemakaian ini, bahan pengawet kayu digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu bahan pengawet kayu berupa minyak, bahan pengawet kayu yang dilarutkan dalam minyak, bahan pengawet kayu yang dilarutkan dalam air.
Dalam penelitian ini kita menggunakan bahan pengawet tradisional yang dilarutkan dalam air. Bahan pengawet yang dilarutkan dalam air mempunyai banyak kelebihan. Pertama karena bahan pelarutnya berupa air, larutan bahan pengawet ini relatif lebih murah dibanding dengan bahan pengawet lain. Kedua, bahan pengawet ini bebas dari bahaya kebakaran dan peledakan selama proses pengawetan. Ketiga, bahan pengawet ini mudah meresap ke dalam kayu. Keempat, bahan pengawet ini mudah diperoleh.
Meskipun demikian, bahan pengawet larut air ini juga mengandung kelemahan. Pertama, karena sifat higrorkopis dari kayu, kayu yang diawetkan akan memuai ukuran dimensinya. Kedua, air sebagai bahan pelarut akan membasahi kayu sehingga untuk penggunaan tertentu kayu harus dikeringkan lagi. Proses pengeringan ini akan menyusutkan kembali ukuran kayu. Ketiga, bahan pengawet ini tidak memberi perlindungan kayu terhadap pelapukan dan keausan mekanis. Keempat, bahan pengawet ini lebih mudah luntur, terurai dan semakin lama berkurang kadarnya pada kayu yang diawetkan apabila kayu ini digunakan dalam kondisi yang berhubungan dengan air atau tanah yang basah.
Bahan pengawet ini lebih sesuai digunakan untuk mengawetkan kayu yang akan digunakan di tempat kering, misal kayu bangunan, terutama yang menekankan aspek kebersihan dan tidak berbau.
(sumber Studi Pengawetan Kayu Secara Tradisional)
Filed under: konservasi | 5 Comments »